SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Queensland University of Technology (QUT) dan University of Technology Sydney (UTS) berkolaborasi untuk mencari solusi menghadapi banjir di Kota Surabaya. Penelitian tiga perguruan tinggi besar ini juga melahirkan beberapa rekomendasi lain bagi Kota Surabaya.
Wakil Rektor ITS Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Kealumnian, Agus Muhamad Hatta ST MSi PhD berharap adanya kerja sama lanjutan antara tiga perguruan tinggi besar yang terlibat dalam penelitian ini. “Semoga tidak berhenti sampai di sini. Dan semoga hasil dari kolaborasi riset ini bermanfaat bagi kita semua,” ujarnya.
Associate Professor dari QUT Dr Connie Susilawati menyebut kerja sama ini terjadi akibat adanya kesempatan pengajuan proposal KONEKSI, program inisiatif kolaboratif di sektor pengetahuan dan inovasi yang mendukung kemitraan antara organisasi Australia dan Indonesia. Program ini memungkinkan dilakukannya penelitian yang juga merupakan ajang kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia dengan Kota Surabaya sebagai objek penelitian.
Lebih lanjut, Dosen Faculty of Business and Law School of Economics & Finance QUT itu menuturkan bahwa kerja sama penelitian ini sudah dilakukan sejak 7 Agustus 2023. Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat pondasi Kota Surabaya dalam menghadapi banjir. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pengambilan sampel terhadap enam studi kasus yang berasal dari enam kelurahan berbeda di Kota Surabaya.
Berfokus untuk menguatkan kapasitas masyarakat khususnya bagi kelompok rentan, Connie menyebut, penelitian ini terdiri atas tujuh fase. Fase-fase tersebut meliputi kajian literatur, perizinan, pilot studi, pengumpulan data, pengolahan data, dan diseminasi. “Dari ketujuh fase tersebut, terciptalah beberapa hasil dan rekomendasi bagi Kota Surabaya,” ucapnya.
Dosen Teknik Sipil ITS Dr Farida Rachmawati ST MT menyebut, salah satu rekomendasi dari penelitian ini adalah dengan mengembangkan informasi banjir. Informasi banjir mencakup pengetahuan umum dan detail khusus dalam mengatasinya. Informasi ini sangat penting, khususnya bagi masyarakat rentan yang menjadi fokusan dalam penelitian ini.
Pengembangan informasi banjir juga dapat ditunjang dengan adanya pelatihan kesiapsiagaan. Pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan dengan fokus mempersiapkan masyarakat, khususnya kelompok rentan dalam menghadapi banjir. “Dengan adanya pelatihan ini risiko akibat adanya banjir bisa menjadi lebih kecil,” jelasnya.
Selain kedua rekomendasi tersebut, Dosen Laboratorium Manajemen Konstruksi Teknik Sipil ITS itu juga menyebut penelitian ini merekomendasikan peran pemerintah dalam mendukung kelompok rentan saat banjir. Dukungan tersebut dapat disempurnakan dengan adanya keterlibatan kelompok rentan dalam program ketahanan bencana yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya serta pengambilan keputusan mengenai banjir.
Guna mempermudah pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi tersebut, didapatkan beberapa data penunjang hasil dari penelitian ini. Contohnya adalah data sekunder berupa pemetaan terhadap lama durasi, tinggi banjir, dan kondisi demografis kerentanan masyarakat pada objek amatan. Data-data yang sudah didapatkan diharap dapat membantu Pemkot Surabaya dalam memperkuat ketahanan menghadapi banjir.
Dosen yang tergabung dalam Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI)tersebut menyebut, dengan adanya penelitian ini, besar harapan bahwa hasil rekomendasi yang didiseminasikan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Penelitian ini juga diharap dapat membuahkan penelitian lanjutan dengan output yang dapat menjawab pertanyaan lebih advance. (q cox, tama dini)