SURABAYA (Suarapubliknews) – Peran dan kontribusi perempuan di kancah global terus meningkat. Bahkan di era industri 4.0 perempuan Indonesia memiliki kontribusi besar khususnya di industri ekonomi kreatif dan cenderung mendominasi dari segi tenaga kerja dibandingkan tenaga kerja laki-laki.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pada Hari Perempuan Internasional atau International Woman’s Day yang diperingati setiap 8 Maret mengatakan perempuan terus termotivasi untuk maju dan memberikan kontribusi bagi bangsa dan negaranya.
“Tenaga kerja perempuan Indonesia tercatat terus mendominasi di bidang ekonomi kreatif. Sejak tahun 2011 hingga 2016, proporsi tenaga kerja perempuan terus mendominasi dibandingkan tenaga kerja laki-laki di bidang industri ekonomi kreatif,” katanya.
Kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif terus meningkat. Di tahun 2011 nilai kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif mencapai Rp 581,54 trilliun. Hingga di tahun 2017 kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif Indonesia mencapai Rp 1000 trilliun. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan merajai bidang ekonomi kreatif di Indonesia.
Begitu juga partisipasi perempuan di bidang Science (Sains), Technology (Teknologi), Engineering (Teknik) and Mathematics atau yang dikenal dengan STEM. Berdasarkan data dari Unesco, sejatinya partisipasi perempuan di berbagai universitas di Indonesia yang mengambil bidang STEM sudah cukup tinggi.
Misalnya untuk bidang Matematika, partisipasi perempuan di universitas mencapai 57,7 persen, kemudian untuk Kimia mencapai 66,8 persen, lalu untuk Kedokteran mencapai 73 persen. Serta untuk bidang Biologi partisipasi perempuan di dunia kampus mencapai 80,7 persen, dan bidang Farmasi mencapai 88 persen.
“Ciri dari negara maju diantaranya dilihat dari partisipasi masyarakat di bidang Science (Sains), Technology (Teknologi), Engineering (Teknik) and Mathematics atau STEM. Jika partisipasi perempuan di bidang STEM tinggi maka negara tersebut dapat dikatakan semakin maju,” lanjut Khofifah.
Meski partisipasi perempuan yang mengambil jurusan di bidang STEM tinggi saat di bangku kuliah, akan tetapi partisipasi tersebut menurun drastis saat masuk ke dunia profesional. Masih dari sumber data yang sama, di dunia industri STEM, hanya dua dari sepuluh perempuan memilih berkarir secara profesional. Dan hanya tiga dari sepuluh perempuan yang menjadi peneliti di dunia STEM.
Hal tersebut dikarenakan 61 persen perempuan masih memikirkan stereotipe gender saat mencari kerja. Kemudian sebanyak 50 persen perempuan tidak tertarik berkarir di bidang STEM karena kuatnya sentimen dominasi laki-laki. Dan sebanyak 45 perempuan percaya bahwa STEM tidak sesuai untuk perempuan.
“Sedangkan pendorong perempuan mengejar karir di bidang STEM ada beberapa faktor. Diantaranya dukungan orang tua, adanya beasiswa, adanya role model di bidang STEM dan juga adanya dukungan dari institusi dan sekolah,” tegas Khofifah.
Oleh sebab itu, di era yang kian maju, Khofifah mendorong agar perempuan terus berkontribusi untuk negeri. Terlebih di era yang serba teknologi, kini perempuan tak lagi dibatasi dengan stigma bekerja harus meningggalkan kewajibannya sebagai istri maupun ibu dalam rumah tangga. Bekerja bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
“Perempuan harus terus berpikiran maju dan bergerak maju. Perempuan tetap bisa menjaga harkat dan martabatnya tapi di sisi lain juga tetap bisa memberikan dedikasi dan kontribusi di bidang yang mereka gemari. Selamat Hari Perempuan Internasional,” pungkasnya. (q cox, tama Dinie)