Jatim Raya

Gubernur Khofifah Mohon Do’a Para Ulama Agar Jatim Segera Terbebas Covid-19

73
×

Gubernur Khofifah Mohon Do’a Para Ulama Agar Jatim Segera Terbebas Covid-19

Sebarkan artikel ini

SURABAYA  (25 Maret 2020) – Berbagai ikhtiar telah dilakukan baik dari pemerintah provinsi, Forkopimda,  maupun kabupaten/kota di Jatim, dalam pencegahan Covid-19. Hal ini disampaikan kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jatim.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan penyebaran Covid-19 sebarannya masif. Karena itu, peran Para kyai sangat penting menjadi penguat bagi Provinsi Jatim dari sisi  sosialisasi, edukasi serta  kekuatan spiritualitas.

“Tetapi ada sesuatu kekuatan yang kita ingin berseiring dengan seluruh ikhtiar baik dari pemerintah, paramedik, relawan dan semuanya. Kita mohonkan kepada para masyayikh, para ulama, para kyai bagaimana mengetuk pintu langit melalui  proses  religiusitas dengan bermunajat kepada Allah SWT  dengan mengajak seluruh kekuatan pesantren, para masyayikh, para ulama berseiring dengan keinginan kita supaya Indonesia dan Jatim terbebas dari wabah  Covid-19,” katanya.

Dampak covid – 19sangat mempengaruhi perekonomian yang saling berantai. Melihat fenomena tersebut, Pemprov Jatim membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim yang diketuai oleh Sekdaprov Jatim. Di dalamnya terdapat rumpun gugus tugas untuk dampak sosial ekonomi yang diketuai oleh Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak.

Selain itu, untuk rumpun gugus kuratif berupa layanan rumah sakit diketuai Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya, untuk rumpun gugus promotif preventif seperti penyemprotan disinfektan, penyediaan alat-alat medis diketuai Kepala Pelaksana BPBD Jatim. Sedangkan rumpun gugus tracing Kepala Dinas Kesehatan.

Adapun yang hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya KH. Anwar Manshur, KH Ali Masyhuri, KH Atho’illah Manshur, KH Marzuki Mustamar, dr. Hasan Ubaidillah, Ir. Matorur Rozaq, MT,  Prof. Dr. Akh. Muzakki, dan Rofii Satgas COVID 19 PWNU. Dari Pemprov Jatim diikuti juga Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi, Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K), Kepala Pelaksana BPBD Jatim Suban Wahyudiono, Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial Setda Prov Jatim Hudiono, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Prov. Jatim M. Yasin.

Beberapa Ulama yang hadir pun turut mendoakan  agar masyarakat  Jatim segera terbebas dari pandemi penyebaran Covid-19. KH Ali Masyhuri memberikan doa khusus untuk Gubernur Khofifah dan Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak. Doa berikutnya juga dipimpin oleh KH Marzuki Mustamar yang diikuti seluruh undangan yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Wakil Rais Suriyah PWNU Jatim KH Ali Masyhuri mengingatkan kesehatan itu dalam kebahagiaan. Ketenangan jiwa itu separuh dari kesehatan seseorang.

“Saya atas nama Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Sholawat Sidoarjo dan Wakil Rais NU Jawa Timur mengajak kepada warga Jawa Timur khususnya, seluruh rakyat Indonesia umumnya, mari kita tetap tenang. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Yakinlah Allah menurunkan penyakit pasti ada obatnya. Belajarlah berpikir positif,” ujarnya.

Ia juga mengajak kepada seluruh masyarakat Jatim dan Indonesia untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan meningkatkan dzikir. Adapun doa yang disampaikannya untuk seluruh Masyarakat Jatim dan Indonesia yaitu

“Dan bertawasul kepada beliau Nabi Muhammad SAW, Insyaallah dalam waktu dekat, wabah corona akan diangkat oleh Allah. Insyaallah seluruh warga besar Indonesia dan Jawa Timur diberi aman dan dilindungi Allah,” lanjutnya.

Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar mengatakan, secara umum NU di Jatim mengikuti protokoler yang ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai contoh meliburkan pondok pesantren, meliburkan pengajian umum tempat berkumpulnya orang.

“Kita meliburkan pengajian umum tempat berkerumunnya orang banyak, tapi bukan berarti terus tidak ada acara beribadah. Kita mohon kepada masyarakat termasuk santri yang pulang memaksimalkan pendekatan diri kepada Allah di rumah berjamaah dengan bapaknya, keluarganya. Dan lingkungan mushola karena tidak berkumpul dengan orang banyak, paling banyak orang sepuluh. Setelah sholat kita mohon mereka baca dzikir untuk mendekatkan diri kepada Allah,” imbuhnya. (q cox, tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *