Jatim RayaPemerintahanPeristiwa

Wapres Ma’ruf Amin : Manusia Sebagai Wakil Allah Di Bumi Bertanggungjawab Untuk Memakmurkan dan Manguatkan

21
×

Wapres Ma’ruf Amin : Manusia Sebagai Wakil Allah Di Bumi Bertanggungjawab Untuk Memakmurkan dan Manguatkan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA, (Suarapubliknews) ~ Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin dalam pidatonya yang berjudul Kontekstualisasi Pandangan Keagamaan Terhadap Realitas Peradaban di Era Modern, menyampaikan bahwa topik tersebut menarik karena sangat berhubungan erat dengan karakter fikih yang fleksibel dan dinamis mengikuti dinamika dan perkembangan zaman.

“Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan perubahan pada rumusan yang tetap dan tidak berubah (tsawabit) melainkan pada rumusan yang memungkinkan untuk berubah (mutaghayyirat),” ungkapnya

Dalam membangun peradaban, menurut Maruf Amin penting untuk menyadari bahwa kehadiran manusia di muka bumi adalah wakil Allah yang bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi. “Kemudian kita semua memegang tanggung jawab untuk saling menguatkan sesama manusia jangan saling bermusuhan juga membuat kegaduhan,” ucapnya

Dengan perkembangan dunia yang semakin masif dan progresif, Ia mengajak para ulama untuk menjwab pandangan pada dinamika yang baru ini. “Karena bisa jadi fikih yang sudah ada di peradaban sebelumnya sudah tidak cocok dengan peradaban saat ini. Sehingga diperlukan konstruksi fikih baru yang lebih sesuai,” lanjutnya.

Sejak awal Islam memberikan pedoman tentang hubungan antar kelompok dan bangsa yang penuh perdamaian dan keharmonisan. Hal tersebut dibentuk secara nyata dengan perjanjian-perjanjian yang penuh kedamaian dibawah koordinasi PBB atau Persatuan Bangsa-Bangsa.

Hanya saja perjanjian perdamaian internasional tersebut tidak sedikit yang dilanggar. Seperi perang Rusia Ukraina yang terjadi baru baru ini. “Oleh karenanya penting PBB untuk memperkuat diri dengan memberikan kesetaraan hak antar anggota. Perlu pula diperbanyak forum-forum internasional yang memberikan pengaruh kuat terhadap PBB,” ajaknya.

Untuk merespon seluruh hal-hal baru dalam peradaban ini, para ulama pun sudah merumuskan metodologi ijtihad untuk memahami teks-teks Al Quran dan Hadits termasuk ketika muncul permasalahan baru dan terbarukan yang sebelumnya belum ada teksnya pada al quran.

Dengan 4 karakter berpikir NU yakni Fikrah Tawassutiyah, Fikrah Islahiyah, Fikrah Tathawwuriyaj dan Fikrah Manhajiyah, Khofifah juga optimis bahwa NU dapat merespons persoalan-persoalan baru dan terbarukan atau menelaah ulamg hukum-hukumnya. Termasuk merespons berbagai masalah yang muncul dalam peradaban dunia pada saat ini. NU juga dapat melakukan inovasi-inovasi baru untuk memperkuat peradaban Islam yang ada

“NU juga harus mengambil peran dalam penguatan toleransi dan persatuan umat bangsa yang dirumuskan dalam 3 pilar. Ukhuwwah Islamiyyah, Wathaniyah, dan Insaniyah. Kedepan ulama, tokoh islam, dan negara muslim dunia harus menjadi bagian dalam perumusan tatanan global dengan terwujudnya dunia yang adil dan damai sekaligus menyelesaikan masalah global,” pungkasnya. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *