SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia tidak menjadikan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia menduduki peringkat pertama Global Islamic Fintech Index 2022. Indonesia berada di posisi ke 3 dari 64 negara setelah Mayalsia dan Arab Saudi.
Saat ini kondisi perkembangan ekonomi syariah masih dalam tingkat pemahaman yang rendah sehingga masih sangat perlu dorongan yang lebih optimal. Hal ini disampaikan Kepala BI Jatim, Doddy Zulverdi dalam Bincang Bareng Media September 2023.
State of the Global Islamic Economny Report 2021/2022 menyebutkan Indonesia sudah berada posisi 10 top player global. Hanya saja masih di sektor halal food, islamic finance, muslim friendly travel, modest fashion, pharma cosmetics, dan media & recreation.
“Kemudian kondisi ekonomi syariah saat ini untuk share usaha syariah juga rendah, termasuk share perbankan syariah yang masih rendah, serta tingkat pemanfaatan Ziswaf (zakat, infaq, shodaqah, wakaf) yang belum optimal,” katanya.
Padahal, peluang ekonomi syariah di Indonesia dan global masih sangat besar, didukung berdirinya Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), dan besarnya pasar halal domestik maupun Ziswaf.
“Meski begitu, masih ada tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan ekonomi syariah di antaranya seperti ketidakpastian perekonomian global dan berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, serta rendahnya literasi ekonomi syariah,” ujarnya.
Untuk itu, BI berupaya untuk mengembangkan ekosistem syariah yang lebih baik, salah satunya dengan menggelar Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Jawa 2023 yang menjadi pre event dari Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).
“Kami berharap event ini bisa membuat semua pelaku ekonomi halal bisa menciptakan strategi yang lebih mumpuni. Bukan hanya kebijakan konkret, kami juga menjaring ide dan inovasi. Ide tersebut menjadi pengembangan untuk dasar ekonomi syariah di masa depan,’’ lanjutnya.
Advisor Bank Indonesia Jatim, Muslimin Anwar menjelaskan, Fesyar Jawa 2023 ini rencananya akan dibuka pada 29 September 2023 dengan mengusung tema ‘Penguatan Sinergi dan Inovasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Melalui Dukungan Digitalisasi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Jawa yang inklusif’. “Ada 3 topik utama yang akan dibahas dalam rangkaian kegiatan Fesyar Jawa tahun ini, di antaranya tentang inklusi, digitalisasi dan growth,” katanya.
Fesyar akan dibuka dengan kegiatan Gerakan Sadar Wakaf, Tabligh Akbar bersama Habib Syech Abdul Qadir pada 30 September dan semarak Fesyar Jawa 2023 sebagai penutup digelar pada 1 Oktober 2023.
“Kami juga akan menggelar berbagai lomba seperti Islamic Voice Competition, konten ekonomi syariah, dakwah ekonomi syariah antar pesantren, wirausaha muda/ekonomi pesantren, dan lomba pemberdayaan masyarakat – lembaga Ziswaf,” (q cok, tama dini)