Jatim RayaPolitik

Efek Koalisi Gemuk dalam Pilpres 2024, SSC: Jika tidak hati hati justru akan memperkuat simpati ke PDIP 

52
×

Efek Koalisi Gemuk dalam Pilpres 2024, SSC: Jika tidak hati hati justru akan memperkuat simpati ke PDIP 

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdus Salam, menerangkan bahwa pertumbuhan pemilih rasional Indonesia kian signifikan dan hal itu merubah perilaku memilih secara drastis dalam pemilu ke depan.

Menurut dia, perubahan itu kian mengukuhkan bahwa logika elit dan kekuasaan harus selalu berselaras dengan logika publik. Intinya partai partai harus pintar menjaga perasaan publik agar senantiasa satu frekuensi.

“Kian vulgar akomodasi kepentingan partai partai berbagi kekuasaan tanpa bisa menjelaskan secara memadai kepada publik maka potensial akan selalu menjadi tanda tanya public,” ucap Dosen Komunikasi Politik Univ.Trunojoyo Madura ini.

Hal itu akan mempengaruhi citra koalisi sebagai tempat mencari aman dan perlindungan. Apalagi dalam pemilu langsung sering tidak linier antara logika partai dan logika voters.

“Jadi menjadi tugas berat sesungguhnya untuk menjaga logika publik terkait bagi2 kekuasaan tersebut,” imbuhnya.

Sejauh ini, kata dia, jika mencermati Pdip nampak sangat berhati hati dan terlihat tidak agresif dalam membangun koalisi sehingga kemungkinan akan menjadi koalisi ramping dan tentu akan berhadapan dengan koalisi lain yg kemungkinan akan lbh gemuk. Ini tentu akan menjadi test case lagi.

Di pilkada sejauh ini memang juga belum ada jaminan bahwa koalisi gemuk akan lebih mudah memenangkan kontestasi bahkan sering yang ramping bisa menang.

“Karena sesungguhnya koalisi itu tugas utamanya ya mengantarkan saja pada kandidasi pencapresan, selebihnya itu akan menjadi daulat publik voters Indonesia yang menentukan,” tandasnya.

Apalagi, lanjutnya,  sejauh ini kontribusi pemilih loyal juga sangat gradatif diantara 5% hingga 30% pemilih loyal dan tidak selalu linier dengan voters. “Disinilah pentingnya menjaga perasaan voters Indonesia dan bagi koalisi gemuk tentu tidak boleh jumawa,” ujarnya.

Menurut  Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan UTM,  Pdip tidak boleh berkecil hati sepanjang bisa membangun frekuensi yang linier dengan voters tentu masih akan kompetitif.

“Koalisi yang sesungguhnya adalah koalisi bersama rakyat pemilih Indonesia,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *